MENGAMBIL BAROKAH DENGAN MEMBACANYA KITA AKAN MANAQIB SEORANG AULIYA ALLAH INI, YANG BERTEPATAN SENIN 4 JANUARI / 23 RABI’UL AWWAL 1437 H KEMAREN ADALAH HAULNYA BELIAU, ALLAH YARHAM.
Mufti Haji Muhammad Arsyad Lamak Pagatan bin Mufti Haji Muhammad As’ad al Banjari.
salah satu putra Mufti Haji Muhammad As’ad putra Syarifah putri Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah Muhammad Arsyad yang dikenal dengan sebutan Mufti Lamak. Beliau termasuk cicit Syeikh Muhammad Arsyad yang mewarisi ilmu-ilmu datuknya dan ayahnya dan menghimpun antara syariat, hakikat dan ma’rifat.
Muhammad Arsyad belajar di Tanah suci Mekkah beberapa tahun lamanya, diantara guru-guru beliau adalah :
– Asy-Syeikh Ahmad ad-Dimyiati (Mufti Syafi’iyyah)
– Asy-Syeikh Yusuf
– Asy-Syeikh ar-Rahbini
Ketika beliau tiba dari menuntut ilmu di kota sumbernya (Mekkah) beliau kemudian diangkat oleh Sultan Banjar menjadi Mufti di kerajaan Banjar. Selain sebagai ulama beliau juga dikenal sebagai seorang pahlawan, seorang ulama yang berani menegakkan yang hak dan memberantas yang batil, kasih sayang terhadap sesamanya, lemah lembut dalam berbicara, pemurah, adil terhadap yang benar dank eras terhadap orang yang berbuat salah, sehingga kasihlah semua lapisan masyarakat dan para pejabat.
Beliau selalu menegakkan dan menjalankan faham Ahlus Sunah wal Jamaah dan menegakkan prinsip ‘Menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran’.
Disamping jabatannya sebagai mufti di Kerajaan Banjar, beliau juga mengajar di dalam bidang berbagai ilmu agama, diantara muridnya adalah Sultan Adam al-Watsiq Billah.
Mufti Haji Muhammad Arsyad, pernah menikah dengan beberapa orang perempuan, yaitu :
– Tilamah, di muara sungai pamintangan, namun tak mendapatkan keturunan.
– Kemudian ia menikah lagi di sungai karias dengan seorang perempuan cantik yang bernama Tuan Inur (saudara Anang Ja’far ayahnya H. Muhammad Thayyib, Lok Bangkal, seorang berilmu lagi mulia), juga tidak memperoleh keturunan.
– Kemudian ia menikah lagi di Balimau, kandangan dengan Tuan Rahimah, juga tidak memperoleh keturunan.
– Kemudian ia menikah di Martapura dengan ummu Salamah binti Mufti H. Ahmad, dari istri putri seorang ulama besar inilah ia mendapat tujuh orang anak, tiga orang putra dan empat orang putri, diantaranya :
– Hafsah
– Haji Utsman, seorang yang berilmu lagi mulia
– Khadijah
– Sa’idah
– KH. Muhammad Hasyiem
– Shafura (istri Datu Landak)
– H. Abdul Muthalib
Mufti haji Muhammad Arsyad memiliki sifat-sifat kemuliaan, seperti pemurah, pengasih, lemah lembut, sabar dan seorang ulama yang wara’ sehingga ia selalu dikasihi oleh saudara-saudaranya, terutama adiknya yang bernama Haji Sa’duddin, Kubah Taniran, Kandangan.
Sejak wafatnya Mufti Haji Muhammad Arsyad sang adikpun jarang sekali pulang ke Martapura, karena ia merasa benar-benar kehilangan atas kepergian kakak tercintanya.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin sultan Adam, yang memerintah sekitar tahun 1857-1859 M atau sekitar tahun 1274-1276 H. Mufti Muhammad Arsyad yang juga disebut Tuan Mufti Lamak bercita-cita akan pergi ke tanah suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji, sebelum ia pergi maka lebih dahulu ia mengunjungi kakak tertuanya, yakni H. Abu Thalhah, seorang yang sangat berilmu, yang ketika itu masih menetap di Pagatan, sebagai perwujudan sifat-sifatnya yang selalu menghormati dan memuliakan saudara tuanya dan rasa kasih sayangnya terhadap kakak dan sesamanya.
Namun, setibanya ia di Pagatan, ia mendapat sakit yang membawanya sampai meninggal dunia dan akhirnya di makamkan di Pagatan, Kota Baru.
Menurut catatan H. Ismail Khatib, seorang yang berilmu dan mulia. Tuan Mufti Haji Muhamad Arsyad, berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu tiga likur hari bulan Rabiul Awwal 1275 H. Di masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, atau kira-kira 48 tahun.
salah satu putra Mufti Haji Muhammad As’ad putra Syarifah putri Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah Muhammad Arsyad yang dikenal dengan sebutan Mufti Lamak. Beliau termasuk cicit Syeikh Muhammad Arsyad yang mewarisi ilmu-ilmu datuknya dan ayahnya dan menghimpun antara syariat, hakikat dan ma’rifat.
Muhammad Arsyad belajar di Tanah suci Mekkah beberapa tahun lamanya, diantara guru-guru beliau adalah :
– Asy-Syeikh Ahmad ad-Dimyiati (Mufti Syafi’iyyah)
– Asy-Syeikh Yusuf
– Asy-Syeikh ar-Rahbini
Ketika beliau tiba dari menuntut ilmu di kota sumbernya (Mekkah) beliau kemudian diangkat oleh Sultan Banjar menjadi Mufti di kerajaan Banjar. Selain sebagai ulama beliau juga dikenal sebagai seorang pahlawan, seorang ulama yang berani menegakkan yang hak dan memberantas yang batil, kasih sayang terhadap sesamanya, lemah lembut dalam berbicara, pemurah, adil terhadap yang benar dank eras terhadap orang yang berbuat salah, sehingga kasihlah semua lapisan masyarakat dan para pejabat.
Beliau selalu menegakkan dan menjalankan faham Ahlus Sunah wal Jamaah dan menegakkan prinsip ‘Menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran’.
Disamping jabatannya sebagai mufti di Kerajaan Banjar, beliau juga mengajar di dalam bidang berbagai ilmu agama, diantara muridnya adalah Sultan Adam al-Watsiq Billah.
Mufti Haji Muhammad Arsyad, pernah menikah dengan beberapa orang perempuan, yaitu :
– Tilamah, di muara sungai pamintangan, namun tak mendapatkan keturunan.
– Kemudian ia menikah lagi di sungai karias dengan seorang perempuan cantik yang bernama Tuan Inur (saudara Anang Ja’far ayahnya H. Muhammad Thayyib, Lok Bangkal, seorang berilmu lagi mulia), juga tidak memperoleh keturunan.
– Kemudian ia menikah lagi di Balimau, kandangan dengan Tuan Rahimah, juga tidak memperoleh keturunan.
– Kemudian ia menikah di Martapura dengan ummu Salamah binti Mufti H. Ahmad, dari istri putri seorang ulama besar inilah ia mendapat tujuh orang anak, tiga orang putra dan empat orang putri, diantaranya :
– Hafsah
– Haji Utsman, seorang yang berilmu lagi mulia
– Khadijah
– Sa’idah
– KH. Muhammad Hasyiem
– Shafura (istri Datu Landak)
– H. Abdul Muthalib
Mufti haji Muhammad Arsyad memiliki sifat-sifat kemuliaan, seperti pemurah, pengasih, lemah lembut, sabar dan seorang ulama yang wara’ sehingga ia selalu dikasihi oleh saudara-saudaranya, terutama adiknya yang bernama Haji Sa’duddin, Kubah Taniran, Kandangan.
Sejak wafatnya Mufti Haji Muhammad Arsyad sang adikpun jarang sekali pulang ke Martapura, karena ia merasa benar-benar kehilangan atas kepergian kakak tercintanya.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin sultan Adam, yang memerintah sekitar tahun 1857-1859 M atau sekitar tahun 1274-1276 H. Mufti Muhammad Arsyad yang juga disebut Tuan Mufti Lamak bercita-cita akan pergi ke tanah suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji, sebelum ia pergi maka lebih dahulu ia mengunjungi kakak tertuanya, yakni H. Abu Thalhah, seorang yang sangat berilmu, yang ketika itu masih menetap di Pagatan, sebagai perwujudan sifat-sifatnya yang selalu menghormati dan memuliakan saudara tuanya dan rasa kasih sayangnya terhadap kakak dan sesamanya.
Namun, setibanya ia di Pagatan, ia mendapat sakit yang membawanya sampai meninggal dunia dan akhirnya di makamkan di Pagatan, Kota Baru.
Menurut catatan H. Ismail Khatib, seorang yang berilmu dan mulia. Tuan Mufti Haji Muhamad Arsyad, berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu tiga likur hari bulan Rabiul Awwal 1275 H. Di masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, atau kira-kira 48 tahun.
Bagi peziarah yang dari arah banjarmasin ada baiknya untuk mampir ke KUBAH di pesisir pantai Pagatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar