Muhammad itu ada dua rupa, yakni ada dua rupa dia atau ada dua Ma’na :
Muhammad yang bermakna QADIM AZALI, itulah diri Muhammad yang pertama, yang tidak ada AL MAUTU/mati padanya selama-lamanya, jelasnya bahwa Muhammad diri yang pertama kita itu. Itulah yang awal NAFAS yang akhir SALBIAH, yang zahir MA’ANI dan yang bathin MA’NAWIYAH.Muhammad yang bermakna Abdullah Insanul Kamil itulah diri Muhammad yang kedua, nama yang harus baginya, bersifat manusia biasa yang berlaku padanya “SUNNATU INSANIAH, KULLU NAFSIN ZA IKATUL MAUT”
Dalam pada waktu itu wajib kita meng’itikadkan bahwa jasad nabi kita itu adalah QADIM IDHOFI, yaitu tidak rusak selama-lamanya dikandung bumi. Seperti hadis sahih AL BUKHARI/riwayat BUKHARI : “INNALLAHA AZZA WAJALLA HARRAMA’ALAL ARDHI AIYA KULLA AZSADAL AMBIYA” artinya : Bahwasanya Allah Ta’ala yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi, bahwa bumi itu bisa menghancurkan akan jasad para nabi-nabi. Maka tahkiknya faham kedua walikutub itu, supaya kita jangan terlihat dengan faham Nasrani, dengan Yahudi dan sebagainya. Maka kita tetapkan dahulu faham kita ialah :
Bahwa pada hukum adab, Nabi kita Muhammad yang Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah dilebihkan ia dengan kerasulan.Bahwa tiap-tiap manusia itu sendirinya baik pada hukum akal dan pada hukum nakli, ada mempunyai dua macam diri yakni diri pertama atau diri hakiki ialah Rohani, dan diri yang kedua yaitu diri Majazi ialah Jasmani, dan diri yang kedua atau diri jasmani itu karena kemuliaan bagi Rasulullah dinamakan INSANUL KAMIL.Bahwa diri Hakiki yang bermakna Rohani itulah yang bernama Muhammad. Itulah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim Hakiki, itulah makna yang dirahasiakan yang menjadi keesaan segala sifat kesempurnaan yang 99 (sembilan puluh sembilan) itu. Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang diisyaratkan oleh kalimah “HUALLAH” jadi makna Muhammad itu Tahkiknya adalah “AINUL HAYATI” yakni wujud sifat yang hidup dan yang menghidupkan. Maka itulah yang diisyaratkan dengan kalimah “LA ILAHA ILLALLAH” dan yang dibenarkan dengan kalimah “ALLAHU AKBAR” dan yang dipuji dengan “SUBBHANALLAH WALHAMDULILLAH” dan sebagainya lagi. Itulah yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh malaikat-malaikat MUKARRABIN menurut tafsir yang me’itibar.Bahwa diri Majazi yang bermakna Jasmani, itulah yang bernama Insanul Kamil. Itulah Muhammad majazi, yakni Muhammad yang kedua yang menempuh ALMAUTU pada adab, tetapi jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi. Jasad Nabi kita itulah diisyaratkan oleh ayat AL QUR’AN “PADABA RAKALLHU AHNAUL KHORIKIM” artinya : Maha Sempurnalah Sifat Allah pada Kezahiran Wujud yang sebaik-baik rupa kejadian itu”. Dan diisyaratkan Hadis Qudsi “ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI” artinya : Kezahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah maujud pada hakikat kesempurnaan seorang hamba yang bernama Muhammad Rasulullah itu. Yakni maujud dengan rupa Insanul Kamil, maka rupa wujud Insanul Kamil itulah yang diisyaratkan oleh AL QUR’AN dengan “AMFUSAKUM” artinya : Wujud Diri Kamu Sendiri, yakni “WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUN” artinya : Dan yang diri kami berupa wujud insan itu apakah tidak kamu pikirkan. Yakni yang menjadi diri hakiki atau diri pertama pada insan itu.
Pada hakikatnya adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itu semata-mata, dan diri kedua itupun tidak lain karena itulah dinamakan insan yakni yang kedua, atau rupa Muhammad yang nyata, yang nasut, maka kebenaran Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itulah yang diisyaratkan oleh Al Qur’an “ALLAHU NURUSSAMA WATIWAL ARDHI” artinya :Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan di bumi. Dan ayat seterusnya “NURUN ‘ALA NURIN” artinya : Nur yang hidup dan yang menghidupkan atas tiap-tiap wujud yang hidup pada alam ini.
Muhammad yang bermakna QADIM AZALI, itulah diri Muhammad yang pertama, yang tidak ada AL MAUTU/mati padanya selama-lamanya, jelasnya bahwa Muhammad diri yang pertama kita itu. Itulah yang awal NAFAS yang akhir SALBIAH, yang zahir MA’ANI dan yang bathin MA’NAWIYAH.Muhammad yang bermakna Abdullah Insanul Kamil itulah diri Muhammad yang kedua, nama yang harus baginya, bersifat manusia biasa yang berlaku padanya “SUNNATU INSANIAH, KULLU NAFSIN ZA IKATUL MAUT”
Dalam pada waktu itu wajib kita meng’itikadkan bahwa jasad nabi kita itu adalah QADIM IDHOFI, yaitu tidak rusak selama-lamanya dikandung bumi. Seperti hadis sahih AL BUKHARI/riwayat BUKHARI : “INNALLAHA AZZA WAJALLA HARRAMA’ALAL ARDHI AIYA KULLA AZSADAL AMBIYA” artinya : Bahwasanya Allah Ta’ala yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi, bahwa bumi itu bisa menghancurkan akan jasad para nabi-nabi. Maka tahkiknya faham kedua walikutub itu, supaya kita jangan terlihat dengan faham Nasrani, dengan Yahudi dan sebagainya. Maka kita tetapkan dahulu faham kita ialah :
Bahwa pada hukum adab, Nabi kita Muhammad yang Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah dilebihkan ia dengan kerasulan.Bahwa tiap-tiap manusia itu sendirinya baik pada hukum akal dan pada hukum nakli, ada mempunyai dua macam diri yakni diri pertama atau diri hakiki ialah Rohani, dan diri yang kedua yaitu diri Majazi ialah Jasmani, dan diri yang kedua atau diri jasmani itu karena kemuliaan bagi Rasulullah dinamakan INSANUL KAMIL.Bahwa diri Hakiki yang bermakna Rohani itulah yang bernama Muhammad. Itulah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim Hakiki, itulah makna yang dirahasiakan yang menjadi keesaan segala sifat kesempurnaan yang 99 (sembilan puluh sembilan) itu. Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang diisyaratkan oleh kalimah “HUALLAH” jadi makna Muhammad itu Tahkiknya adalah “AINUL HAYATI” yakni wujud sifat yang hidup dan yang menghidupkan. Maka itulah yang diisyaratkan dengan kalimah “LA ILAHA ILLALLAH” dan yang dibenarkan dengan kalimah “ALLAHU AKBAR” dan yang dipuji dengan “SUBBHANALLAH WALHAMDULILLAH” dan sebagainya lagi. Itulah yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh malaikat-malaikat MUKARRABIN menurut tafsir yang me’itibar.Bahwa diri Majazi yang bermakna Jasmani, itulah yang bernama Insanul Kamil. Itulah Muhammad majazi, yakni Muhammad yang kedua yang menempuh ALMAUTU pada adab, tetapi jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi. Jasad Nabi kita itulah diisyaratkan oleh ayat AL QUR’AN “PADABA RAKALLHU AHNAUL KHORIKIM” artinya : Maha Sempurnalah Sifat Allah pada Kezahiran Wujud yang sebaik-baik rupa kejadian itu”. Dan diisyaratkan Hadis Qudsi “ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI” artinya : Kezahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah maujud pada hakikat kesempurnaan seorang hamba yang bernama Muhammad Rasulullah itu. Yakni maujud dengan rupa Insanul Kamil, maka rupa wujud Insanul Kamil itulah yang diisyaratkan oleh AL QUR’AN dengan “AMFUSAKUM” artinya : Wujud Diri Kamu Sendiri, yakni “WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUN” artinya : Dan yang diri kami berupa wujud insan itu apakah tidak kamu pikirkan. Yakni yang menjadi diri hakiki atau diri pertama pada insan itu.
Pada hakikatnya adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itu semata-mata, dan diri kedua itupun tidak lain karena itulah dinamakan insan yakni yang kedua, atau rupa Muhammad yang nyata, yang nasut, maka kebenaran Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itulah yang diisyaratkan oleh Al Qur’an “ALLAHU NURUSSAMA WATIWAL ARDHI” artinya :Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan di bumi. Dan ayat seterusnya “NURUN ‘ALA NURIN” artinya : Nur yang hidup dan yang menghidupkan atas tiap-tiap wujud yang hidup pada alam ini.
Demikian dari ulun.
Salam Mahabbah
Salam Mahabbah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar