Tatkala manikam itu sampai 40 hari lamanya didalam tara’ib perempuan, maka berhentilah darah haid yang biasa dialami oleh seorang perempuan. Hal ini dikarenakan sebab tertutupnya peranakan oleh manikam tadi.
Baru setelah 4 bulan manikam itu berada didalam rahim, ia bernyawa(bergerak). Darah haid yang berhenti karena tertutup oleh manikam, pada bulan kelima menjadi tembuni (ari-ari).
Peristiwa ini seluruhnya berlangsung didalam rahim. Dan tatkala sampai pada masanya lahir, maka darah haid yang berhenti pada 40 hari sebelum manikam itu bernyawa(bergerak) itulah yang
akan menjadi darah nifas. Manikam yang dikandung oleh perempuan pada masa:
1 hari 1 malam : pujinya Hu
3 hari 3 malam: pujinya Allah
7 hari 7 malam: pujinya Innallah
40 hari 40 malam: pujinya Turobbunnur
4 bulan 4 hari: pujinya Subhanallah
6 bulan 6 hari: pujinya Alhamdulillah
8 bulan 8 hari: pujinya Allahu Akbar
9 bulan 9 hari: pujinya Inna ana amanna
Inna: Sessungguhnya
Ina: Saya (Aku)
Amanna: (aman(Iman).
Baru setelah 4 bulan manikam itu berada didalam rahim, ia bernyawa(bergerak). Darah haid yang berhenti karena tertutup oleh manikam, pada bulan kelima menjadi tembuni (ari-ari).
Peristiwa ini seluruhnya berlangsung didalam rahim. Dan tatkala sampai pada masanya lahir, maka darah haid yang berhenti pada 40 hari sebelum manikam itu bernyawa(bergerak) itulah yang
akan menjadi darah nifas. Manikam yang dikandung oleh perempuan pada masa:
1 hari 1 malam : pujinya Hu
3 hari 3 malam: pujinya Allah
7 hari 7 malam: pujinya Innallah
40 hari 40 malam: pujinya Turobbunnur
4 bulan 4 hari: pujinya Subhanallah
6 bulan 6 hari: pujinya Alhamdulillah
8 bulan 8 hari: pujinya Allahu Akbar
9 bulan 9 hari: pujinya Inna ana amanna
Inna: Sessungguhnya
Ina: Saya (Aku)
Amanna: (aman(Iman).
Inilah asal kejadian “air zatullahu akbar”.
Beberapa dasar yang melandasi tentang asal muasal kejadian diri:
1.Abdullah Ibnu Abbas Ra dari Nabi Saw: “Bahwa sesungguhnya Allah ta’ala menjadikan dahulu daripada segala sesuatu yaitu Nur nabimu”.
2.Syech Abdul wahab As -Syarani Ra berkata: “Sesungguhnya Allah ta’ala menjadikan Ruh Nabi Muhammad itu daripada zatnya dan dijadikannya ruh sekalian alam dari pada nur Muhammad
saw”.
3.Nabi Muhammad Saw bersabda: “Aku bapak dari sekalian ruh dan adam itu bapak dari sekalian batang tubuh”. Adapun lembaga Adam itu dijadikan oleh Allah Swt daripada tanah.
4.Allah ta’ala berfirman didalam Al Qur’an: ” Aku jadikan insan Adam itu dari pada tanah, dan tanah itu dari pada air, dan air itu dari pada angin, dan angin itu dari pada api dan api itu dari pada
nur Muhammad”. “Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah ta’ala yaitu: nur”.
Dan kepada Nur itulah perhentian perjalanan segala aulia dan ambiya yang mursalin mengenal Allah ta’ala. Akan tetapi bila sudah sampai kepada nur, maka fanakanlah nur itu pada zat yang
wajibul wujud, supaya jangan sampai hamba itu semata-mata bertuhan kepada nur. Akan tetapi hendaklah tetap bertuhankan kepada allah zat wajibul wujud.
Dengan begitu maka nyata nur itu hanya wasilah kita untuk dapat sampai kepada Allah ta’ala.
“Hai orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan carilah wasilah (perantara) yang bisa menyampaikan kamu kepadanya dan hendaklah kamu bersungguh-sungguh dijalannya, sehingga mencapai lah kesempurnaan lahir dan bathin
Beberapa dasar yang melandasi tentang asal muasal kejadian diri:
1.Abdullah Ibnu Abbas Ra dari Nabi Saw: “Bahwa sesungguhnya Allah ta’ala menjadikan dahulu daripada segala sesuatu yaitu Nur nabimu”.
2.Syech Abdul wahab As -Syarani Ra berkata: “Sesungguhnya Allah ta’ala menjadikan Ruh Nabi Muhammad itu daripada zatnya dan dijadikannya ruh sekalian alam dari pada nur Muhammad
saw”.
3.Nabi Muhammad Saw bersabda: “Aku bapak dari sekalian ruh dan adam itu bapak dari sekalian batang tubuh”. Adapun lembaga Adam itu dijadikan oleh Allah Swt daripada tanah.
4.Allah ta’ala berfirman didalam Al Qur’an: ” Aku jadikan insan Adam itu dari pada tanah, dan tanah itu dari pada air, dan air itu dari pada angin, dan angin itu dari pada api dan api itu dari pada
nur Muhammad”. “Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah ta’ala yaitu: nur”.
Dan kepada Nur itulah perhentian perjalanan segala aulia dan ambiya yang mursalin mengenal Allah ta’ala. Akan tetapi bila sudah sampai kepada nur, maka fanakanlah nur itu pada zat yang
wajibul wujud, supaya jangan sampai hamba itu semata-mata bertuhan kepada nur. Akan tetapi hendaklah tetap bertuhankan kepada allah zat wajibul wujud.
Dengan begitu maka nyata nur itu hanya wasilah kita untuk dapat sampai kepada Allah ta’ala.
“Hai orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan carilah wasilah (perantara) yang bisa menyampaikan kamu kepadanya dan hendaklah kamu bersungguh-sungguh dijalannya, sehingga mencapai lah kesempurnaan lahir dan bathin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar